Bagaimana Mengendalikan Anak

(Oleh: Ps. Johan & Meyke Bandi)

Keberadaan anak di tengah-tengah keluarga haruslah dipandang sebagai pusaka dari Tuhan.
Mazmur 127:3 (KJV), Sesungguhnya, anak-anak adalah ‘heritage’ (=sesuatu yang sangat
berharga dan harus dipertahankan kualitasnya…. Terjemahan Indonesia=”pusaka”) dari pada
TUHAN, dan anak adalah sebuah hadiah.
Bertolak dari kebenaran ini, maka setiap orang tua haruslah menyadari bahwa anak itu sesuatu
yang amat berharga dan merupakan hadiah dari Tuhan. Setiap orang tua memiliki tanggungjawab
untuk melestarikan ‘heritage’ yang Tuhan berikan.
Di Perth, Western Australia ada banyak gedung-gedung ‘heritage’ yang tidak boleh dirombak dan
diubah menjadi gedung-gedung bergaya arsitek modern. Gedung-gedung ‘heritage’ ini dilindungi
oleh undang-undang. Setiap pengembang bangunan (developer) harus tunduk kepada hukum
yang ada sehubungan dengan renovasi gedung-gedung ‘heritage’. Hal yang serupa, setiap orang
tua tidak boleh ‘seenaknya’ dalam ‘merenovasi’ dan ‘membentuk’ perkembangan jiwa dan
karakter anak-anaknya. Setiap orang tua perlu mempelajari peraturan firman Tuhan dalam
membentuk dan mengendalikan kebiasaan dan karakter anak-anaknya.
Peranan orang tua dalam pembentukan kepribadian anak-anaknya amat krusial. Tidaklah
mengherankan apabila anak-anak memiliki kepribadian yang “liar” apabila orang tua tidak mau
memainkan peranannya sebagai mentor bagi perkembangan kepribadian anak-anaknya.
Tidak ada satupun anak yang secara otomatis memiliki kepribadian yang baik tanpa proses
‘latihan’. Dan tempat latihan terbaik adalah di dalam keluarga di bawah asuhan orang tua.
Lukas 2:51-52, Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam
asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. Dan Yesus makin
bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan
manusia.
Diceritakan lewat ayat di atas bahwa anak kecil bernama Yesus ini bertumbuh semakin besar,
bertambah himat dan semakin dikasihi oleh Allah dan manusia. Ini berarti bahwa anak yang
bernama Yesus ini memiliki kepribadian baik sehingga menyukakan hati Tuhan dan manusia.
Bagaimana prosesnya! Dalam Luk. 2:51 dikatakan bahwa Yesus bertumbuh di bawah asuhan
orang tuanya. Dengan kata lain pembentukan karakter dan kepribadian Yesus yang datang dalam
rupa seorang manusia ini tidak terjadi secara otomatis dan alamiah, tetapi melalui sebuah proses
yang dinamakan “latihan pembentukan kepribadian dan karakter”.
Kapan proses latihan itu dimulai?
Amsal 22:6, Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa
tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.
Masa latihan dimulai sejak sedini mungkin, bahkan ketika masih anak masih berada dalam
kandungan ibunya. Proses latihan itu sudah bisa dimulai. Ayat di atas mengatakan apabila orang
tua telah mendidik anak-anaknya sejak dini, maka ketika anak-anak itu bertambah dewasa,
mereka tidak akan menyimpang dari jalan-jalan yang diajarkan.
Setiap anak memiliki pikiran, perasaan dan kemauan. Tanpa adanya kendali maka anak-anak
akan memiliki kecenderungan bersikap seperti keledai (=gambaran kebodohan),liar tanpa kendali.
Kejadian 16:11-12, Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: "Engkau mengandung
dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah
mendengar tentang penindasan atasmu itu. Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar,
demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang
akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya."
Ayub 39:5, Siapakah yang mengumbar keledai liar, atau siapakah
yang membuka tali tambatan keledai jalang?
Kepadanya telah Kuberikan tanah
dataran sebagai tempat kediamannya dan padang
masin sebagai tempat tinggalnya.
Orang tua yang tidak pernah mau mengendalikan anak-anaknya sejak dini, akan hidup di tanah
dataran yang kering (barren land) dan susah karena tinggal di padang gurun yang gersang
(wilderness) Ayub 39:5 (salinan King James Version). Dengan kata lain, orang tua akan hidup
dengan penuh dukacita dan penyesalan apabila tidak mengendalikan anak-anaknya sejak dini.
Amsal 17:21,25, Siapa mendapat anak yang bebal, mendapat duka, dan ayah orang bodoh tidak
akan bersukacita. Anak yang bebal menyakiti hati ayahnya, dan memedihkan hati ibunya.
Setiap orang tua memiliki tugas dan tanggungjawab dalam mengendalikan pikiran, perasaan dan
kehendak anak-anaknya yang bertolak belakang dengan kebenaran firman Tuhan.
Amsal 29:15, 17, Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan
mempermalukan ibunya. Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu,
dan mendatangkan sukacita kepadamu.
Bagaimana cara mengendalikan anak?
1. IJINKAN FIRMAN ALLAH MENGUBAH KEPRIBADIAN ANAK
Amsal 1:4, untuk memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, dan
pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda--
Mazmur 119:9, Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan
menjaganya sesuai dengan firman-Mu.
Bagaimana cara mempraktekkan langkah ini?
Ulangan 6:6-7, Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,
haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya
apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau
berbaring dan apabila engkau bangun.
Orang tua harus menggunakan segala kesempatan untuk mengisi anak-anaknya dengan kebenaran
firman Allah. Orang tua tidak perlu menunggu anak terlibat dalam suatu “persoalan” baru
mengajarkan firman Allah. Kebenaran firman Tuhan yang telah memenuhi kehidupan sang anak
akan mampu menjaga sang anak dari sikap memberontak, bersikap semaunya sendiri, keras
kepala dan lain sebagainya.
2. MENGENDALIKAN ANAK LEWAT DOA
Amsal 21:1, Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkan-Nya ke mana Ia
ingini.
Alkitab berkata bahwa hati raja ada di tangan Tuhan, termasuk hati anak-anak kita. Nah, orang
tua mengerti kebenaran ini tidak akan pernah putus asa dalam upayanya mengendalikan anakanaknya.
Ketika melihat kenyataan bahwa ada anak-anak yang sulit diatur, yang perlu
dipertanyakan terlebih dahulu adakah orang tua sudah berdoa dengan sungguh-sungguh untuk
perubahan yang signifikan dari sikap anak-anaknya?.
Alkitab berkata: “Kamu tidak mendapatkan apa-apa, karena kamu tidak berdoa” Yak. 4:3.
Menanggapi ini mungkin ada sebagian orang tua yang berkata: “Sudah … saya sudah berdoa!
Tetapi anakku tetap tidak berubah dan masih saja melawan dan tidak mau menurut!”. Kalau Anda
sudah berdoa itu tanda yang baik, tetapi yang perlu dipertanyakan adakah Anda berdoa siang
malam sambil terus menaruh pengharapan tanpa berkesudahan? Ingatlah waktu perubahan yang
Anda harapkan belum tentu seperti Tuhan telah tetapkan. Manusia seringkali hanya melihat
sebatas mata bisa melihat, namun Tuhan selalu mempertimbangkan segala sesuatunya secara
terperinci, teliti dan pasti tidak salah dalam menentukan segala sesuatunya. Termasuk jawaban
doa!. Ketika orang tua mulai berdoa, tangan Tuhan sebenarnya sudah mulai melakukan sesuatu
untuk mengarahkan hati anak-anak di jalan-jalan-Nya. Cepat atau lambat? Tergantung kekerasan
hati sang anak, dan keteguhan hati orang tua untuk tetap berdoa sampai terjadinya perubahan.
Jangan berhenti berdoa! 1 Tes. 5:17. Tuhan pasti menyatakan jawaban doa pada waktunya.
Lukas 18:7-8, Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam
berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku
berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu
datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?"
3. MENGENDALIKAN ANAK LEWAT TELADAN HIDUP
Orang tua perlu menyadari bahwa “A pattern speaks louder than words” (teladan lebih
berdampak daripada perkataan) 1 Tim. 1:16.
Orang tua yang mendisiplinkan anak-anaknya dengan cara “kekerasan” akan mencetak anak
menjadi orang yang berpenampilan keras. Orang tua yang “menundukkan” anak-anaknya dengan
cara teriakan, akan mencetak anak-anaknya menjadi anak-anak yang senang untuk berteriak
ketika berupaya mendapatkan sesuatu yang belum ia dapatkan. Ingatlah, teladan memiliki
dampak yang kuat dibandingkan dengan perkataan.
Teladan orang tua dalam memberikan motivasi kepada anak adalah cara yang terbaik dalam
mengendalikan anak.
Mengendalikan anak adalah sebuah proses. Orang tua tidak memaksakan anaknya untuk berubah
dalam sehari. Itu sebabnya jangan terbawa emosi di saat melihat anak masih menampilkan sikap
tak terkendali. Kendalikan anak Anda lewat teladan hidup yang berjalan sesuai dengan firman
Tuhan.
4. JANGAN MEMBIASAKAN ANAK SELALU MENDAPAT APA SAJA YANG IA
INGINKAN
Tujuannya supaya anak belajar bertumbuh dalam penyangkalan diri. Orang tua yang selalu
menuruti apa saja anaknya minta, akan mencetak sang anak menjadi pribadi yang egois,
semaunya sendiri, serta suka memaksakan kehendaknya.
Itu sebabnya orang tua bertanggungjawab untuk melatih anaknya dalam penguasaan diri. Ajarlah
anak-anak untuk biasa hidup bersyukur dengan segala anugerah yang Tuhan berikan.
Ada banyak anak yang memaksa orang tuanya untuk membelikan mainan baru yang sebenarnya
kurang perlu dan bahkan bisa lebih menyita jam belajar mereka. Nah, kalau ini terjadi, maka
sikap yang perlu diambil oleh para orang tua adalah dengan memberikan kesempatan anak
memilih sesuatu yang diinginkannya tapi dengan batasan harga yang dibudgetkan.
Apabila dia memilih sesuatu yang melampaui budget, maka ajarlah mereka mulai harap pada
Tuhan dan mendoakannya sampai keuangan budget yang dibutuhkan untuk pemberian hadiah
memungkinkan atau sampai si anak meraih suatu kelayakan untuk menerimanya (mis.: ada
kemauan untuk berubah dalam hal yang diharapkan, mulai suka nurut, mau belajar dan memiliki
hasil karya tertentu yang meningkat atau pemberian hadiah ulang tahun).
Adapun cara menggunakan mainan yang telah dimiliki juga perlu diberi limit waktu agar mereka
tidak bermain sampai lupa mengerjakan tugas sekolah dan lain-lain.
Sebagai langkah kongkrit penggunaan waktu yang dibatasi oleh orang tua terhadap anak, boleh
juga menggunakan table seperti yang tersedia di bawah ini:
TIME TABLE
SENIN S/D JUMAT SABTU - MINGGU KETERANGAN
W A K T U AKTIFITAS W A K T U AKTIFITAS
Ada saatnya si anak tidak mau memahami ketetapan yang diberikan dan terus saja meminta
walaupun tidak diberi. Nah untuk hal ini dibutuhkan konsistensi dalam keputusan terhadap si
anak sehingga walaupun anak bersikap menggulingkan badannya di depan umum, berusahalah
tetap berkata tidak, bahkan sebaiknya diberi ganjaran 2 x (rotan setelah pulang di rumah anak
yang berusia 2 – 5 tahun dan ceramah yang berisi untuk membuka pengertiannya selama 2 x 10
menit anak yang berusia 6 tahun ke atas) untuk perlakuannya seperti itu, supaya dia tidak
mengulangi cara pemberontakannya.
5. DISIPLIN DENGAN KASIH
Efesus 4:15 (KJV), Tetapi dengan mengatakan kebenaran di dalam kasih, bertumbuh kepada
Dia di dalam segala sesuatu, Kristus yang adalah kepala.
Ada beberapa sikap orang tua dalam menanggapi sikap anak yang tidak mau “diatur”:
1. Tidak mau mengambil tindakan pendisiplinan
2. Memberikan pendisiplinan tanpa dilandasi oleh kasih (sedikit main pukul dan kekerasan)
3. Mendisiplinkan anak dalam atmosfir kasih
Tentunya bukanlah seperti yang Tuhan harapkan apabila orang tua tidak mau peduli dalam
persoalan pendisiplinan anak (lihat contohnya kehidupan anak-anak Daud yang rusak 1 Raj. 1:6,
anak-anak Imam Eli yang tidak takut akan Tuhan 1 Sam. 3:13-14).
Sebaliknya pendisiplinan tanpa kasih yang dilakukan oleh beberapa orang tua terhadap anak-anak
mereka, juga bukanlah sesuai dengan standard yang Tuhan kehendaki. Tuhan ingin setiap orang
tua mengendalikan anak-anak lewat pendisiplinan yang didasarkan atas kasih.
Penggunaan rotan adalah salah satu bentuk pendisiplinan.
Amsal 23:13, Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau
memukulnya dengan rotan.
Orang tua yang mengasihi anak-anaknya perlu memiliki “tongkat kasih” dalam mendisiplinkan
anak-anaknya. Ketika orang tua mendisiplinkan anak-anaknya dengan tongkat, maka anakanaknya
akan takut kepada tongkatnya bukan kepada orang tuanya. Sebaliknya orang tua yang
biasa menggunakan tangan atau anggota tubuh lainnya dalam mendisiplinkan anak-anaknya,
maka anak-anaknya akan tidak merasa “nyaman” melihat tangan atau anggota tubuh lainnya yang
dipakai untuk mendisiplinkan anak-anaknya. Akibatnya, tidak heran bila ada sebagian anak-anak
yang tidak merasa “aman” dekat dengan orang tuanya. Disiplinkan anak-anak dengan tongkat
bukan dengan anggota tangan atau anggota tubuh lainnya.
Tanpa dekapan kasih tidak seorangpun anak-anak yang dapat bertumbuh menjadi pribadi yang
menyenangkan.
Dalam bukunya yang berjudul: “The New 'Dare to Discipline'”, Dr. James Dobson memberikan
sebuah contoh mengenai pertumbuhan beberapa anak yang tidak mengalami dekapan kasih.
Dalam bukunya ia menuturkan sebuah kisah yang pernah terjadi di abad ke 13, di mana pada saat
itu raja yang memerintah bernama Frederick II mengadakan sebuah eksperimen terhadapa lima
puluh bayi dengan tujuan untuk mengetahui prilaku anak yang tidak pernah dibelai oleh ibunya di
kemudian hari. Dari hari kesehari para ibu-ibu dari lima puluh bayi ini dilarang untuk membelai
ataupun berkata-kata di saat merawat dan memberi makan bayi-bayi mereka. Hasilnya? Ternyata
ke lima puluh bayi tersebut akhirnya meninggal.
Ternyata dari hasil “riset” ini dapatlah disimpulkan bahwa bukan hanya orang dewasa yang
membutuhkan sentuhan kasih, tetapi anak-anakpun perlu mendapatkannya. Itu sebabnya ketika
orang tua mendisiplinkan anak-anaknya harus selalu ingat untuk melalukannya secara
proporsional antara kasih dan pendisiplinan.
Selamat mencoba dan mempraktekkan ke empat langkah di atas dalam mengendalikan anak-anak
Anda!. Tuhan memberkati!.

Teman DiskusiSkripsi.com


 

Free Affiliasi Program