Tuhan Dalam Pandangan Kahlil Gibran

ABSTRAKSI

Pada dasarnya Gibran adalah seorang yang sangat religius, dia hanya keberatan atas pola “penggunaan” agama oleh pejabat gereja. Banyak di antara mereka melakukan sejumlah kesalahan dengan mengatasnamakan kehendak-Tuhan. Tidak mengherankan jika Gibran menulis, “Orang yang benar-benar relijius tidak akan memeluk agama, dan orang yang memeluk agama sebenarnya tidak memiliki agama”.
Pemikiran Gibran yang terdapat dalam karya-karya sastra tidak akan dapat dipahami secara tepat tanpa adanya pengetahuan tentang kecenderungan filosofisnya. Untuk itu pula cukuplah beralasan jika selain penyair, ia juga seorang filsuf. Karya-karyanya baik itu dalam bentuk puisi, esai, cepren dan drama telah menunjukkan bahwa ia mempunyai pandangan luas dan mendalam tentang filsafat.
Salah satu pandangannnya yang menarik untuk dikaji adalah tentang Tuhan, dalam hal ini Gibran condong pada Kierkegaard, Jaspers dan Marcel yang religius (teis) dan secara umum menolak filsafat pesimistisnya Nietzsche dan Sartre. Ia juga menolak teologi Nietzsche tentang kematian Tuhan atas dasar bahwa jiwa memiliki “lapar alamiah untuk apa yang diluar dirinya” dan karena “jiwa mencari Tuhan sebagaimana kehangatan mencari ketinggian atau air mencari lautan. Kekuatan untuk mencari (Tuhan) merupakan bagaian dari jiwa yang inheren”.
Namun terhadap para ahli logika etis, Gibran membenci sikap menjadikan Tuhan sebagai sebuah permainan bagi pikiran yang dianugerahi pikiran-jenis matematis atau ide yang memenuhi bagan nalar terbatas, dalam pandangan Gibran, lebih mudah untuk berbicara kepada Tuhan, namun tidak mengenai Dia, sebab “Kita tidak memahami karakter Tuhan karena kita bukan Tuhan”. Dalam beberapa prinsip yang diungkapkan – lebih banyak lewat karya sastra – ia memandang Tuhan lebih pada dataran transenden (ada dalam diri kita), dan Tuhan yang imanen (jauh dari diri kita). File Selengkapnya.....

Teman DiskusiSkripsi.com


 

Free Affiliasi Program