Antioksidan Ekstrak Biji Terung Pucuk

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber utama serat makanan, vitamin
C, asam folat, senyawa metabolit sekunder seperti karotenoid, flavonoid, dan
senyawa-senyawa spesifik lainnya. Metabolit sekunder yang berasal dari tanaman
disebut juga fitokimia. Senyawa fitokimia yang terdapat dalam tanaman merupakan
sumber antioksidan alami. Secara umum, antioksidan didefinisikan sebagai zat yang
dapat menunda, memperlambat dan mencegah terjadinya proses oksidasi lipida
(Kochhar dan Rossell, 1990).
Menurut Muchtadi (2000), manfaat mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan
yang mengandung komponen bioaktif secara epidemilogi dapat menurunkan resiko
penyakit degeneratif. Selain dapat mencegah timbulnya penyakit, antioksidan
digunakan juga sebagai senyawa yang dapat mencegah kerusakan bahan pangan
akibat proses oksidasi lipida. Penyebab kerusakan mutu makanan terbesar
disebabkan oleh proses oksidasi lipida. Oksidasi lipida mengawali perubahanperubahan
dalam makanan yang berdampak pada mutu nutrisi, keamanan, warna,
aroma, dan tekstur makanan (Shahidi dan Nazck, 1995).
Penggunaan antioksidan alami saat ini dianggap lebih aman dibandingkan
dengan antioksidan sintetis karena antioksidan alami diperoleh dari ekstrak tanaman.
Oleh karena itu, penelitian tentang antioksidan alami baik pencarian sumber, cara
ekstraksi, isolasi dan pengujian aktivitas biologisnya banyak dilakukan baik di luar
negeri maupun di Indonesia. Bahan pangan yang dapat menjadi sumber
2
2
antioksidan alami meliputi beberapa jenis, misalnya rempah-rempah, teh, kokoa,
dedaunan, biji-bijian, serealia, sayur-sayuran, enzim, dan protein (Sarastani, 2001).
Tumbuhan yang akan digunakan sebagai sumber antioksidan alami dapat
diperoleh dari sekitar kita misalnya terung (Solanum melongena L). Terung yang
masih muda selain dikonsumsi sebagai sayuran, obat atau difermentasi menjadi cuka
(vinegar) atau pun sebagai rempah. Terung mengandung serat, zat gizi dan
berkhasiat obat (Muchtadi, 2000). Khasiat suatu tumbuhan berhubungan dengan
komponen kimia yang bersifat aktif yang terdapat pada tumbuhan tersebut, terutama
senyawa fitokimia. Penggolongan senyawa fitokimia berdasarkan struktur kimia
yaitu fenolik, terpenoid, alkaloid, steroid, kuinon, saponin, tanin dan flavonoid
(Harborne, 1987). Komponen bioaktif tersebut dapat diperoleh dari proses ekstraksi
bagian tumbuhan. Salah satu proses ekstraksi yang sering digunakan adalah
ekstraksi pelarut.
Satu jenis terung yang dikenal sebagai terung Pucuk
(Solanum macrocarpon L) terdapat di daerah Desa Muara Sae, Kecamatan
Pengandonan, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU). Terung Pucuk berbentuk
bulat seperti tomat. Buah yang masih muda berwarna putih sedangkan buah yang
telah tua berwarna coklat. Masyarakat mengkonsumsi buah muda sebagai lalapan
sedangkan buah tua tidak dikonsumsi karena rasa buah tua pahit. Bagian lain yang
dikonsumsi adalah daun muda yang dikonsumsi sebagai sayur. Terung Pucuk belum
diteliti kandungan fitokimianya dan belum dibudidayakan sehingga sulit diperoleh di
pasar. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mendapatkan data ilmiah tentang manfaat
biji terung Pucuk sehingga terung Pucuk dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh
masyarakat.
3
3
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui golongan fitokimia dan
mempelajari aktivitas antioksidan yang terkandung di dalam ekstrak biji terung
Pucuk.
C. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah diduga senyawa fenolik pada ekstrak biji
terung Pucuk mempunyai aktivitas antioksidan

File Selengkapnya....

Teman DiskusiSkripsi.com


 

Free Affiliasi Program